12/04/20

Menikmati Sunset Di Danau Lorulun Saumlaki


Susana menjelang senja di Danau Lorulun dari atas rumah panggung
Membuang penat itu perlu, apalagi saya sebagai seorang perantau, menghibur diri dari segala aktivitas dan sejenak melupakan kerinduan akan kampung halaman. Saumlaki ini memiliki banyak spot untuk menikmati sunset, selain di pantai ada salah satu danau di dekat Bandara Mathilda Batlayeri yang cocok untuk menikmati sunset di sore hari. Nah, danau tersebut biasa disebut dengan Danau Lorulun.
Salah satu rumah panggung di pinggir Danau Lorulun yang cocok untuk menikmati
Danau Lorulun merupakan danau air tawar dan di tengah tengah danau tersebut berdiri pohon-pohon yang sudah tidak berdaun dan tinggal batangnya saja yang berdiri. Bagi kalian yang suka hunting foto, danau tersebut sangat recommended untuk dijadikan objek dengan keindahan sunsetnya. Di sekitar danau juga terdapat rumah-rumah yang bisa buat untuk berteduh sambil menikmati suasana sore hari.
Bukit hijau yang menyambut kita menuju ke Danau Lorulun
Untuk menuju ke tempat ini bisa ditempuh dari pusat Kota Saumlaki kurang lebih sekitar 30 menit dengan kecepatan standar, ya terbilang tidak jauh-jauh amat. 
Tringa glareola/Wood Sandpiper/Trinil semak
Cekakak Sungai/Collared Kingfisher/Todirhampus chloris
Burung Layang-layang batu/Hirundo tahitica/Pacific Swallow
Belibis Batu/Dendrocygna javanica/Lesser Whistling Duck
Suasana Senja di Danau Lorulun








Egretta intermedia/ Kuntul Perak
Selain menikmati suasana senja disini juga disajikan hamparan bukit menghijau yang ditumbuhi rerumputan dan ilalang. Selain itu jika, musim migrasi burung air tiba, di tempat ini dipenuhi banyak burung migran. Bagi yang suka fotografi burung/birdwatching, tempat ini sangat recommended.

26/12/19

Pertama kali Menginjakan Kaki di Indonesia Timur


Tak pernah terbayangkan sebelumnya untuk bisa mengunjungi wilayah Indonesia bagian Timur. Sebelumnya, hanya bisa melihat daerah Indonesia Timur melalui televise dan gambar-gambar di search engine yang Nampak keindahan alamnya terutama pantainya yang warnanya terlihat hijau tosca sampai-sampai dasar lautnya terlihat.
Kali ini impian saya untuk bisa berkunjung ke Indonesia Timur terwujud. Berawal dari penerimaan CPNS BPOM 2018 dan saya mendaftar dan memilih penempatan Zona 8 yang meliputi daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua. Alhamdulillah saya diterima dan dapat penempatan Maluku Tenggara Barat. Walaupun penempatan ini tidak sesuai ekspektasi saya, tetapi saya bersyukur sudah dapat diterima di BPOM. Setelah pengumuman kelulusan cpns para peserta diwajibkan untuk memilih 2 tempat penempatan sesuai dengan zona daerah pilihannya. Pada saat itu saya memilih lokasi penempatan Makassar dan Sorong. Terfikir dalam pikiran untuk memilih penempatan Sorong karena terinspirasi kawasan Papua Barat memiliki keindahan alam yang menajubkan, apalagi dengan wisata alamnya yang popular sekarang seperti Raja Ampat, dan mungkin bisa melihat keindahan Bird of Paradise atau Burung Cendrawasih yang memiliki warna bulu yang indah dan hanya  ada di Indonesia Bagian Timur terutama Papua. Kenyataan berkata lain saya dapat  penempatan di Saumlaki (Maluku Tenggara Barat) yang sebelumnya saya belum pernah kenal ataupun mengetahuinya di peta daerah ini. Wilayah ini merupakan salah satu Kabupaten yang berbatasan dengan Australia dan Ibu Kotanya di Ambon. Saumlaki dari ambon dapat ditempuh dengan pesawat jenis ATR dengan waktu tempuh 1,5 jam.


30/05/18

Pesona Pantai Jungwok Gunung Kidul, Yogyakarta


Pada tahun 2017 yang lalu tanggal 28 Februari bertepatan pasca 2 hari setelah acara wisuda, saya dan teman-teman angkatan biogenesis (Biologi UNS angkatan 2012) mengadakan acara ngecamp di pantai sekaligus acara perpisahan. Walaupun tidak semua anggota biogenesis ikut, tapi sudah lumayan rame sekitar 20 orang.
"Salah Satu Icon Pantai Jungwok" Photo by Pute

            Kami berangkat dari Solo sekitar pukul 09.00 wib dengan mengendarai sepeda motor yang dibagi dalam 2 kloter. Dalam pembagian boncengan mengharuskan tidak semua anggota cewek dibonceng oleh anak cowok, soalnya anggota biogenesis jumlah cewek lebih dominan daripada cowoknya. Hal tersebut mengharuskan para cewe–cewek mengendarai motornya sendiri, untungnya cewek  biogenesis strong strong ..hehe sudah terbiasa mbolang (bagi yang terbiasa mbolang terutama). Kita mengambil rute melalui Sukoharjo – Weru – Semin – Gunung Kidul, kami mengambil jalur tersebut karena selain jalannya yang mulus, lalu lintas juga tidak terlalu padat sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan terutama untuk para cewek yang menjadi joki.
"Foto bersama sebelum pulang" Foto by Ahmad C
            Langsung saja, saatnya kloter pertama yang merupakan kloter saya berangkat, secara langsung dalam kloter saya belum ada yang tahu secara pasti lokasi Pantai Njungwok soalnya pantainya belum terlalu eksis seperti pantai- pantai di Gunung Kidul yang lain. Kita hanya berpatokan pada GPS dan mengikuti petunjuk arah Pantai  Wedi Ombo. Soalnya lokasi Pantai Jungwok berdekatan dengan Pantai Wedi Ombo yang sudah eksis dibandingkan pantai yang akan kita kunjungi ini.  Nah, perjalanan kloter saya tidak semulus yang dibayangkan, kita tersesat tidak sesuai jalur yang diharapkan (nah ini gara gara para penganut GPS,, hehe). Seharusnya bisa ditempuh kurang lebih 3 jam perjalan, tetapi tidak bagi kloter kami, kloter kami menempuh hampir 4 jam lebih. Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 kita memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu sambil menunaikan sholat dzuhur, barangkali medapat pencerahan. Nah, setelah selesai sholat dan istirahat kita bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan, setelah kita sudah bersiap-siap, tak dipungkiri muncul 2 anak manusia,,,hehe yaitu Si Rohmat dan Siti Pinku (begitu sapaannya) dengan santainya menggeber motornya (tau sendiri Si Somad”begitu sapaanya” kalau naik motor slow but not sure,,wkwk) yang tercecer dari kloternya yaitu kloter 2. Nah setelah saya tanya, ternyata mereka tercecer dari kloter 2 karena ban motor mereka bocor, dan makan mie ayam terlebih dahulu (katanya” enak kali ni orang”).
            Setelah dikirimkan pencerahan oleh Allah SWT lewat 2 orang ini, Kami akhirya mengekor pada mereka, karena si Somad sudah paham arah menuju Pantai Wedi Ombo. Padahal salah satu orang dikloter saya sudah ada yang pernah main ke Pantai Njungwok yaitu Si Pute (begitu sapaannya) tetapi dia lupa (padahal main ke pantainya belum ada 1 tahun…wkwkw pasti ni orang tidur waktu diboceng ke pantai jadi lupa jalur yang dia lewati). Tak lama perjalanan terpampang besar  tulisan Pantai Wedi Ombo, nah disini kita bingung lagi, mana Pantai Njungwoknya (karena disini tidak terpampang pada papan penunjuk arah). Solusinya kita tanya pada warga sekitar, ternyata Pantai Njungwok lokasinya masuk jalan kecil yang belum di aspal (ambil ngiri sebelum Pantai Wedi Ombo). Akses menuju Pantai Jungwok masih berbatu (batu kapur yang ditata) dan diselimuti tanah, otomatis aksesnya kalau musim hujan licin dan becek (Jadi lebih disarankan main kepantai ini pas musim kering).
            Akses menuju Pantai Jungwok tidak semulus yang ada dipikiran, jalurnya berbatu naik turun, jadi harus ekstra hati-hati agar tidak terperosok. Setelah sampai di lokasi ternyata sudah ada kloter 2 yang sudah leyeh leyeh dan berleha-leha disana..haha (Nah ini gara-gara nyasar yang membuat kita disalip kloter 2, ‘’kita beda jalur sih’’). Kami melepas lelah sejenak sebelum lanjut ke agenda berikutnya.
            Usai sudah kita melepas lelah, saatnya bersiap untuk mendirikan tenda (kita disini ngecamp sehari semalam). Memang agenda kita disini camping ceria menikmati akhir-akhir perjalanan di Biogenesis (kapan lagi kita bisa main bareng keburu pada nikah dan merantau ,,,hehe, “menyempatkan selagi sempat, jangan ada penyesalan karena waktu tidak bisa diulang biarkan kita punya kenangan yang bisa dikenang entah 20 tahun kedepan ataupun kapan”.
            Kebetulan pada saat itu yang ngecamp cuma ada rombongan kami saja, sehingga terasa pantai milik pribadi (Pantai Jungwok sangat recommended untuk ngecamp karena kawasan pantainya yang cukup luas). Pantai ini lingkungannya juga masih terjaga dengan pasir putihnya yang bersih.
Anak Cowok Foto Bersama Seusai Mendirikan Tenda
            Lanjut cerita, seusai pendirian tenda, saatnya bersantai dan anak-anak cowok pada bermain bola pantai, sedangkan para cewek bermain air dan berfoto-foto ria. Kami semua sangat menikmati suasana, bagaikan orang yang kurang piknik… hehe. Setelah penuh keringat sehabis main bola anak-anak cowok menjeburkan diri ke air sambil menanti senja datang. Tak terasa matahari mulai meninggalkan peraduannya, petangpun datang. Kami bersiap-siap bersih diri dan makan sore. Kebetulan untuk makan sore dan pagi kita pesan di warung sebelah yang kebetulan masih ada yang buka.

            Suasana semakin petang dibersamai dengan suasana langit yang gelap bertanda akan turunnya hujan. Tak berapalama hujanpun turun, kita bersiap-siap mengungsi sementara di warung. Setelah menunggu lama hujanpun mulai reda walaupun masih sedikit gerimis.
Selfie Ceria
            Malampun tiba, kita mengisi waktu dengan bakar-bakar jagung yang sudah kita siapkan sebelumnya, dan membuat api unggun. Sayangnya pembuatan api unggun berjalan alot  api susah menyala soalnya kayu bakar agak basah, jadi butuh waktu ekstra untuk menyalakannya. Semakin malam, hujanpun akhirnya reda. Api unggun mulai menyala, kita menikmati sambil makan jagung bakar yang sudah kita siapkan. Kita mulai menikmati suasana malam walaupun tanpa bintang. Malampun semakin larut menuju pagi, kita beranjak untuk beristirahat.
Makan Pagi Bersama
            Pagipun datang, saatnya kita bersiap-siap untuk makan pagi sambil ngeteh bersama di pinggir pantai. Pagi ini kita puasin main airnya sebelum beranjak untuk pulang. Setelah waktu menunjukan pukul 10.00 wib kita mulai beres-beres untuk persiapan pulang.
            Perjalanan pulangpun tak semulus yang dipikirkan. Kita kembali lagi dibagi dalam 2 kloter, Nah kloter saya kali ini pulang bagian awal. Kebetulan kemarin malam habis hujan otomatis jalan becek dan licin. Kita harus berjuang ekstra bahkan harus didorong oleh warga sekitar untuk naik tanjakan soalnya kondisi tanah berbatu yang sungguh licin. Bahkan, si Fajar teman saya sempat terjatuh karena tak mampu menguasai medan..hehhe, untungnya tidak terjadi luka yang serius.
            Hujan deras mengguyur saat perjalanan pulang, kali ini kloter saya kembali nyasar lagi,,, hadehh -_________-‘ ( Sudah basah diguyur hujan, nyasar juga). Perjalanan pulang ini kita tempuh dengan waktu sekitar 5 jam (parah banget ini Gunung Kidul- Solo yang harusnya 3 jam …heheh). Lagi-lagi kloter 2 udah sampai duluan di kampus. Dan kondisi di Solo panas, tak setitikpun air yang jatuh. Usai sudah perjalanan yang melelahkan dan meyenangkan ini.  Yah, cukup segini dulu kawan ceritanya,,,, kita buat cerita selanjutnya. next time..

“Selamat berjuang kawan-kawan, Selamat menjalani kehidupan baru. Jangan lupakan setiap momen yang telah kita buat bersama”
           

29/05/16

Hijaunya Semesta Berbalut Kabut



Hutan Tlogo Dlingo

Keluar masuk hutan merupakan aktivitas yang tentu saja menguras energi. Energi yang terkuras tersebut selalu terbayar dengan melihat hal-hal baru yang dapat ditemui disana entah itu burung-burung yang memiliki warna yang menawan ataupun mekarnya anggrek hutan yang bisa memanjakan mata.
Segarnya udara yang jauh dari polusi hiruk pikuk perkotaan memberikan kesegaran tersendiri untuk memnajakan raga ini untuk menikmati segarnya udara yang masih bebas dari polusi. Sejenak melupakan aktivitas kampus dan beranjak ke alam untuk memanjakan mata.

Menikmati Sunset Di Danau Lorulun Saumlaki

Susana menjelang senja di Danau Lorulun dari atas rumah panggung Membuang penat itu perlu, apalagi saya sebagai seorang perantau, me...