06/02/14

MEKANISME PERTAHANAN TUBUH TERHADAP PATOGEN



A.    Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri
Respons imun terhadap bakteri ekstraseluler bertujuan untuk menetralkan efek toksin dan mengeliminasi bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil aktivasi ini adalah C3b yang mempunyai efek opsonisasi, lisis bakteri melalui serangan kompleks membran dan respons inflamasi akibat pengumpulan serta aktivasi leukosit. Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel lain seperti endotel vaskular untuk memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1, IL-6 dan IL-8. Sitokin akan menginduksi adesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat infeksi, diikuti dengan migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut.
Terdapat 4 mekanisme pertahanan tubuh alami  terhadap pathogen yang akan masuk kedalam tubuh, yaitu pertahanan fisik, mekanik, kimia, dan biologis.

Pertahanan Fisik
Kulit memberikan penghalang fisik bagi jalan masuknya pathogen ke dalam tubuh. Lapisan luar sel-sel kulit mati yang keras mengandung keratin dan sangat sedikit air, sehingga pertumbuhan pathogen menjadi terhambat. Contoh zat yang menghambat pertumbuhan bakteri :
Air Mata : Kelenjar lakrimal mensekresi air mata, yang melarutkan dan mencuci mikroorganisme dan bahan kimia penyebab iritasi mata
Sebum ( Minyak ) : Sebum diekskresikan oleh kelenjar sebaceous, mengandung asam lemak yang memiliki aksi antimikrobal.
Mukus : Hasil ekskresi sel-sel goblet yang terdapat di sepanjang saluran pernapasan. Mukus merupakan cairan lender yang lengket sehingga dapat memerangkap pathogen yang berasal dari udara.
Pertahanan Mekanik
• Rambut Hidung : Berfungsi sebagi filter udara yang melewati saluran hidung. Bakteri dan partikel lain yang erperangkap di mucus akan diserap keluar dari paru-paru oleh silia.

Pertahanan Kimia
Air mata, mucus, saliva, dan keringat semuanya mengandung zat kimia yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Biasanya ditemukan enzim Lisozim di anatar mereka. Lisozim mengkatalis hidrolisis molekul dinding sel bakteri.  Selain itu ada asam hidroklorik yang terdapat pada cairan lambung membunuh sebagian besar mikroorganisme yang masuk ke lambung.
Pertahanan Biologis
Terdapat populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membrane mukosa yang menghambat pertumbuhan banyak bakteri pathogen. Mereka melindungi kita dengan cara berkompetisi dengan bakteri pathogen dalam mendapatkan nutrient.
Pertahanan tubuh oleh sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai perthanan tubuh terhadap patogen. Terdapat lima jenis sel darah putih yang terdapat di sumsum tulang. Sel darah putih tersebut adalah  neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.
Neutrofil memiliki ciri nucleus berlobus, dan merupakan sel darah putih terbesar. Netrofil memiliki fungsi fagositosis yaitu menelan mikroorganisme dan sisa-sisa sel mati.
Eosinofil memilikin peranan dalam reaksi alergi.
Basofil dapat melepaskan senyawa kimia seperti histaminyang menyebabkan reaksi inflamasi.
Monosit akan berkembang menjadi makrofag yang juga berfungsi fagositosis.
Limfosit terdiri atas 2 jenis sel yaitu Limfosit B dan Limfosit T. Limfosit B berpera dalam antibody-mediated immunity sementara Limfosit T berperan dalam cell-mediated immunity.
Neutrofil dan Limfosit menyusun 90% dari sel darah putih dalam tubuh, dan sisanya 10% disusun oleh monosit, eusinofil, dan  basofil.
B.     Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Jamur
      Mekanisme hidup jamur sama dengan bakteri, kapsul yang sulit dimakan (Cryptococ), resistensi terhadap fagositosis (Histoplasma) dan destruksi sel polimorfonuklear/Coccidiosis (Ba-ratawijdjaja, 1996). Beberapa jamur dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif, namun efek terhadap kelangsungan hidupnya masih belum diketahui.
        Jamur patogen telah mengembangkan mekanisme untuk menghindari dan melemahkan pertahanan host. Karakteristik utama dalam respon imun adalah interdependensi berbagai senjata sistem kekebalan tubuh dan interaksi antara pertahanan host (inang) dan mekanisme patogen jamur. Beberapa mekanisme pertahanan dalam merespon berbagai bentuk jamur, yaitu komponen darah yang meliputi neutrofil, makrofag dan monosit. Fagosit sudah berada pada organ target pada saat infeksi sebagai upaya untuk membunuh atau merusak jamur. Sedangkan neutrofil dan monosit membantu dalam hal memberi sinyal inflamasi, seperi sitokin, kemokin dan melengkapi komponen. Setelah itu jamur dibunuh atau dirusak  oleh pelepasan reaktif oksigen intermediet dan peptida antimikroba (Diamond at al, 1980; Mambula et al, 2000).
Sel menggunakan mekanisme anti jamur intraseluler/ekstraseluler tergantung pada spesies yang menginfeksi, morphotype, dan rute paparan. Pada sel dendritik fungsinya adalah memulai imunitas bawaan dan adaptif ke berbagai mikroorganisme (Huang et al, 2001).
Sel ini menangkap dan melakukan proses antigen, menyampaikan co-stimulasi limfosit molekul, lalu bermigrasi ke organ limfoid dan mengeluarkan sitokin untuk memulai respon imun (Banchereau & Steinman, 1998).
Peran sel dendritik ini yaitu menghubungkan respon bawaan dan adaptif terhadap berbagai patogen jamur termasuk fumigatus Aspergillus,Cryptococcus neoformans dan C.albicans. Sinyal yang ditransmisikan oleh sel dendritik dapat bervariasi tergantung pada jamur yang ditemui atau morfotype dengan perbedaan yang dihasilkan pada saat menimbulkan respon imun adaptif temporal, produksi sitokin dan pengembangan akhir tanggapan T-sel tertentu, serta peran modulasi imunitas sehingga membatasi cedera autoimun.
            Kebanyakan jamur sel membran mengandung ergosterol daripada kolesterol pada bagian dinding selnya. Amfoterisin B langsung mengikat ergosterol, sedangkan azoles dan terbinafine target mensintesis ergosterol. Sistem pertahanan kekebalan bawaan, termasuk B-glucan reseptor (TLRs), telah berevolusi untuk mengenali dan merespon komponen dinding sel jamur. Sebagai contoh, pada fagositosis permukaan sel adalah TLRs yang mengidentifikasikan molekul pada pola yang ditemukan pada mikroba (termasuk jamur). Reseptor ini terdiri dari domain ekstraseluler yang membedakan produk mikroba dan sebuah domain sitoplasmik yang mengirimkan sinyal intraseluler protein adaptor. Salah satu adaptor seperti, MyD88 memulai sinyal yang mengarah ke ekspresi molekul microbicidal dan sitokin. Peran reseptor individu, seperti TLR2, TLR4, dan TLR9, dalam MyD88 aktivasi bervariasi tergantung pada proses menginfeksi jamur dan tempat infeksi. Reseptor spesifik diferensial mengaktifkan fungsi anti jamur yang dapat mengakibatkan perbedaan tangapan dan kerantanan terhadap infeksi (Shoham et al, 2005).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikmati Sunset Di Danau Lorulun Saumlaki

Susana menjelang senja di Danau Lorulun dari atas rumah panggung Membuang penat itu perlu, apalagi saya sebagai seorang perantau, me...