10/01/14

Cabe jawa (Dicaeum trochileum)



 
Burung merupakan salah satu satwa yang sangat sering dijumpai dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu kekayaan satwa Indonesia. Dalam ekosistem, burung mempunyai peranan yang cukup penting, diantaranya adalah membantu mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan pemencaran biji. Selain itu, burung merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai tinggi, baik ditinjau dari segi ekologis, ilmu pengetahuan, ekonomis, rekreasi, seni dan kebudayaan. Bahkan dapat dikatakan bahwa burung merupakan satwaliar yang paling dekat dengan lingkungan manusia. Dengan demikian kehadiran satwaliar ini di lingkungan hidup manusia perlu dilestarikan. . Sifatnya yang kosmopolit  memungkinkan burung dapat dijumpai di berbagai macam tipe habitat, termasuk di perkotaan.

Pada prinsipnya burung dapat berdampingan hidup dengan masyarakat kota asalkan syarat kebutuhan hidupnya terpenuhi, seperti habitat yang memadai dan aman dari berbagai bentuk gangguan. Burung-burung yang hidup liar dalam kota sering disebut dengan burung perkotaan. Kehadiran burung di kota bukan tanpa makna. Hal ini dapat dikaji melalui jaringan makanan (food web) yang dilalui dalam ekosistem alam yang membentuk kehidupannya. Hampir setiap bentuk kehidupan terkait erat dengan burung, sehingga burung mudah dijumpai di berbagai tempat. Dengan kondisi tersebut diduga burung dapat dijadikan indikator lingkungan, karena apabila terjadi degradasi lingkungan, burung menjadi komponen alam terdekat yang terkena dampaknya.Namun, keberadaan burung-burung perkotaan ini masih luput dari perhatian masyarakat kota. Hingga saat ini belum banyak mendapat perhatian dari kalangan pengamat burung. Sampai sekarang baru beberapa kota besar di Indonesia yang telah memiliki data burung cukup lengkap.



          Kingdom :       Animalia

Filum       :       Chordata

Kelas       :       Aves

Ordo       :        Passeriformes

Famili     :        Dicaeidae

Genus     :        Dicaeum

Spesies   :        D. trochileum

            Burung ini merupakan jenis burung pemakan buah benalu, biji, serangga kecil dan memiliki habitat di pekarangan, perkotaan, habitat terbuka, pantai, hutan mangrove.

            Burung Cabe Jawa memiliki ukuran kurang lebih 8 cm (diukur dari kepala hingga ekor).  Pada spesies jantan burung ini memiliki kepala, punggung, tunggir, dan dada burung berwarna merah padam atau agak kejinggaan, sayap dan ujung ekor berwarna hitam, perut putih keabu-abuan, dan terdapat bercak  putih pada lengkung sayapnya.


            Burung cabai jawa betina memiliki cirri-ciri tunggir berwarna merah, tubuh bagian atas lainnya berwarna coklat, tersapu warna merah pada bagian kepala dan mantel, tubuh bagian bawah putih buram. Tubuh bagian atas burung remaja berwarna coklat-kehijauan, dan terdapat bercak jingga pada tunggir. Iris coklat,  paruh dan kaki hitam.

       

                        Cabe jawa Jantan                                   Cabe jawa betina



Kicauan khas burung cabai “zit, zit, …” saat sibuk; “t’rr-t’rr” seperti dengungan; “hw’it” dalam nada tinggi; dan “ci-t’t, ci-t’t, ci-t’t” khas. Ciri Khas yang lain pada saat terbang burung ini mengeluarkan suara “crek-crek-crek”. Penyebaran dari burung ini didaerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Lombok.

Burung ini bukan golongan  jenis burung endemik, status burung ini berdasarkan IUCN masauk ke dalam daftar merah yang artinya kurang mengkhawatirkan. Burung ini mudah ditemukan diberbagai tempat seperti di pekarangan rumah , hutan, dan taman-taman perkotaan.

Cabai jawa memiliki kebiasaan bertengger di rumpun benalu karena burung ini memakan buah yang lengket pada benalu. Selain kebiasaan tersebut menyukai hinggap dipohon besar terutama yang terdapat benalunya. Selain itu juga suka menghinggapi pohon beringin (Ficus sp.) yang periuk bunganya kecil dan pohon carsen (Muntingia sp.) serta pohon lain yang memiliki buah berukuran kecil. Burung ini sangat lincah jarang sekali diam dan selalu aktif bergerak. Bahkan di saat hinggap pun burung ini sangat aktif melompat-lompat.

Meskipun berukuran kecil tak berarti burung ini tidak memiliki manfaat, dibalik tubuhnya yang kecil mungil tersebut memiliki banyak manfaat. Bila dilihat secara langsung manfaat burung ini memang tidak terlihat tetapi ternyata burung ini memiliki peran ekologi yang sangat penting. Tanpa burung ini , beberapa jenis pohon tidak akan tumbuh, terutama pohon yang penyebaran bijinya membutuhkan peran dari burung. Burung ini memencarkan  biji buah yang menjadi makanannya terutama pada biji tumbuhan benalu yang menjadi makanannya.

Burung cabai jawa yang telah memakan buah benalu sering kali memuntahkannya biji benalu tersebut setelah bagian pelindung buah (daging buah) yang berupa jeli yang kaya glukosa ditelan. Selain itu biji-biji yang termakan sering tidak tercerna dengan baik didalam percernaan burung tersebut sehingga biji benalu ikut terbuah dalam keadaan utuh pada feses burung cabai jawa. Pembuangan biji-biji benalu yang dibuang pada setelah ditelan jeli glukosa, seking kali dilakukan dengan cara paruh tersebut digosok-gosokan ke bagian dahan atau ranting dari pohon inang. Biji yang termuntahkan pada umumnya masih mempunyai jeli sehingga dengan mudah melekat pada pohon inang, demikiamn pula pada burung yang membuang biji melalui feses, walaupun biji tidak mengandung jeli, tetapi bagian kotoran feses yang membatu menempelkan biji ke dahan pohon inang. Dengan demikian burung pemakan buah benalu, sepserti burung cabai jawa sangat membatu dalam proses penyebaran benalu yang statusnya benalu tersebut merupakan parasit bagi tumbuhan. Salah satu spesies benalu yang sering dibantu penyebarannya oleh burung adalah Dendrophthoe pentandra. Tumbuhan benalu yang mempunyai sifat sebagai parasit akan mengisap sari makanan yang dihasilkan oleh tumbuhan inang. Kemampuan yang tinggi dari benalu untuk pertumbuhan selain menghisap tumbuhan inang juga dapat mengolah sendiri karena memiliki zat hujau daun akan mempercepat pertumbuhan, sehingga akan mengalahkan pertumbuhan dari tumbuhan inangnya. Beberapa kasus menujukkan bahwa banyak tumbuhan inang yang menjadi mati akibat terlalu banyaknya ditumpangi oleh tumbuhan benalu. Dari kasus tersebut dapat

Disimpulkan bahwa burung kelompok Deceide yang merupakan burung frugivore sangat membantu penyebaran benalu yang sebenarnya merupakan penyakit tanaman. Sementara tanaman tersebut merupakan tanaman yang sangat diharapkan oleh manusia terutama hasil buahnya sehingga sehingga secara tidak langsung burung deceide termasuk cabai jawa sebagai spesies yang merugikan manusia.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikmati Sunset Di Danau Lorulun Saumlaki

Susana menjelang senja di Danau Lorulun dari atas rumah panggung Membuang penat itu perlu, apalagi saya sebagai seorang perantau, me...