Burung
merupakan salah satu satwa yang sangat sering dijumpai dan mempunyai posisi
penting sebagai salah satu kekayaan satwa Indonesia. Dalam ekosistem, burung
mempunyai peranan yang cukup penting, diantaranya adalah membantu mengontrol
populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan pemencaran biji. Selain itu,
burung merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai tinggi, baik
ditinjau dari segi ekologis, ilmu pengetahuan, ekonomis, rekreasi, seni dan kebudayaan.
Bahkan dapat dikatakan bahwa burung merupakan satwaliar yang paling dekat
dengan lingkungan manusia. Dengan demikian kehadiran satwaliar ini di
lingkungan hidup manusia perlu dilestarikan. . Sifatnya yang kosmopolit memungkinkan burung dapat dijumpai di
berbagai macam tipe habitat, termasuk di perkotaan.
Pada
prinsipnya burung dapat berdampingan hidup dengan masyarakat kota asalkan
syarat kebutuhan hidupnya terpenuhi, seperti habitat yang memadai dan aman dari
berbagai bentuk gangguan. Burung-burung yang hidup liar dalam kota sering
disebut dengan burung perkotaan. Kehadiran burung di kota bukan tanpa makna.
Hal ini dapat dikaji melalui jaringan makanan (food web) yang dilalui dalam
ekosistem alam yang membentuk kehidupannya. Hampir setiap bentuk kehidupan
terkait erat dengan burung, sehingga burung mudah dijumpai di berbagai tempat.
Dengan kondisi tersebut diduga burung dapat dijadikan indikator lingkungan,
karena apabila terjadi degradasi lingkungan, burung menjadi komponen alam
terdekat yang terkena dampaknya.Namun, keberadaan burung-burung perkotaan ini
masih luput dari perhatian masyarakat kota. Hingga saat ini belum banyak
mendapat perhatian dari kalangan pengamat burung. Sampai sekarang baru beberapa
kota besar di Indonesia yang telah memiliki data burung cukup lengkap.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Dicaeidae
Genus : Dicaeum
Spesies : D. trochileum
Burung
ini merupakan jenis burung pemakan buah benalu, biji, serangga kecil dan
memiliki habitat di pekarangan, perkotaan, habitat terbuka, pantai, hutan
mangrove.
Burung
Cabe Jawa memiliki ukuran kurang lebih 8 cm (diukur dari kepala hingga
ekor). Pada spesies jantan burung ini
memiliki kepala, punggung, tunggir, dan dada burung berwarna merah padam atau
agak kejinggaan, sayap dan ujung ekor berwarna hitam, perut putih keabu-abuan,
dan terdapat bercak putih pada lengkung
sayapnya.
Burung
cabai jawa betina memiliki cirri-ciri tunggir berwarna merah, tubuh bagian atas
lainnya berwarna coklat, tersapu warna merah pada bagian kepala dan mantel,
tubuh bagian bawah putih buram. Tubuh bagian atas burung remaja berwarna
coklat-kehijauan, dan terdapat bercak jingga pada tunggir. Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Cabe jawa Jantan Cabe jawa
betina
Kicauan khas
burung cabai “zit, zit, …” saat sibuk; “t’rr-t’rr” seperti dengungan; “hw’it”
dalam nada tinggi; dan “ci-t’t, ci-t’t, ci-t’t” khas. Ciri Khas yang lain pada saat
terbang burung ini mengeluarkan suara “crek-crek-crek”. Penyebaran dari burung
ini didaerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Lombok.
Burung ini
bukan golongan jenis burung endemik,
status burung ini berdasarkan IUCN masauk ke dalam daftar merah yang artinya
kurang mengkhawatirkan. Burung ini mudah ditemukan diberbagai tempat seperti di
pekarangan rumah , hutan, dan taman-taman perkotaan.
Cabai jawa
memiliki kebiasaan bertengger di rumpun benalu karena burung ini memakan buah
yang lengket pada benalu. Selain kebiasaan tersebut menyukai hinggap dipohon
besar terutama yang terdapat benalunya. Selain itu juga suka menghinggapi pohon
beringin (Ficus sp.) yang
periuk bunganya kecil dan pohon carsen (Muntingia sp.) serta pohon
lain yang memiliki buah berukuran kecil. Burung ini sangat lincah jarang sekali
diam dan selalu aktif bergerak. Bahkan di saat hinggap pun burung ini sangat
aktif melompat-lompat.
Meskipun
berukuran kecil tak berarti burung ini tidak memiliki manfaat, dibalik tubuhnya
yang kecil mungil tersebut memiliki banyak manfaat. Bila dilihat secara
langsung manfaat burung ini memang tidak terlihat tetapi ternyata burung ini
memiliki peran ekologi yang sangat penting. Tanpa burung ini , beberapa jenis
pohon tidak akan tumbuh, terutama pohon yang penyebaran bijinya membutuhkan
peran dari burung. Burung ini memencarkan
biji buah yang menjadi makanannya terutama pada biji tumbuhan benalu
yang menjadi makanannya.
Burung cabai
jawa yang telah memakan buah benalu sering kali memuntahkannya biji benalu
tersebut setelah bagian pelindung buah (daging buah) yang berupa jeli yang kaya
glukosa ditelan. Selain itu biji-biji yang termakan sering tidak tercerna
dengan baik didalam percernaan burung tersebut sehingga biji benalu ikut
terbuah dalam keadaan utuh pada feses burung cabai jawa. Pembuangan biji-biji
benalu yang dibuang pada setelah ditelan jeli glukosa, seking kali dilakukan
dengan cara paruh tersebut digosok-gosokan ke bagian dahan atau ranting dari
pohon inang. Biji yang termuntahkan pada umumnya masih mempunyai jeli sehingga
dengan mudah melekat pada pohon inang, demikiamn pula pada burung yang membuang
biji melalui feses, walaupun biji tidak mengandung jeli, tetapi bagian kotoran
feses yang membatu menempelkan biji ke dahan pohon inang. Dengan demikian
burung pemakan buah benalu, sepserti burung cabai jawa sangat membatu dalam
proses penyebaran benalu yang statusnya benalu tersebut merupakan parasit bagi
tumbuhan. Salah satu spesies benalu yang sering dibantu penyebarannya oleh
burung adalah Dendrophthoe pentandra. Tumbuhan benalu yang mempunyai sifat
sebagai parasit akan mengisap sari makanan yang dihasilkan oleh tumbuhan inang.
Kemampuan yang tinggi dari benalu untuk pertumbuhan selain menghisap tumbuhan
inang juga dapat mengolah sendiri karena memiliki zat hujau daun akan
mempercepat pertumbuhan, sehingga akan mengalahkan pertumbuhan dari tumbuhan
inangnya. Beberapa kasus menujukkan bahwa banyak tumbuhan inang yang menjadi
mati akibat terlalu banyaknya ditumpangi oleh tumbuhan benalu. Dari kasus
tersebut dapat
Disimpulkan
bahwa burung kelompok Deceide yang merupakan burung frugivore sangat membantu
penyebaran benalu yang sebenarnya merupakan penyakit tanaman. Sementara tanaman
tersebut merupakan tanaman yang sangat diharapkan oleh manusia terutama hasil
buahnya sehingga sehingga secara tidak langsung burung deceide termasuk cabai
jawa sebagai spesies yang merugikan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar